Sejarah Awal Bonek


BONEK adalah pelopor gerakan tret-tret-tret ke Stadion Senayan Jakarta era Green Force Persebaya Divisi Utama PSSI Perserikatan 1968/1987 silam. Waktu itu, belum ada satu suporter pun yang tret-tret secara terorganisasi mengiringi tim kesayangannya melakoni babak enam besar Divisi Utama Perserikatan. Waktu itu, hanya Bonek yang go to Senayan dengan mengenakan busana kebesaran berupa kaos warna hijau dengan gambar atau logo Wong Mangap (orang berteriak penuh semangat dan keberanian).
Memang, waktu itu belum ada julukan Bonek. Mereka dikenal dengan nama para suporter Green Force Persebaya. Pelopor dari gerakan tret-tret-tret ini adalah Jawa Pos,lebih tepatnya adalah Pak Dahlan Iskan yang sekarang menjadi Big Bos Jawa Pos dan Grop.
Waktu itu, Jawa Pos membuat ribuan kaos berlogo Wong Mangap, dan dijual dengan harga murah. Dulu pada tahun 1987 itu seharga 1000 rupiah per potong kaos. Pendek kata, Senayan dihijaukan oleh arek-arek Suroboyo. Mereka membentang spanduk raksasa yang digantungkan diatas tribun timur dan barat. Luar biasa! Tapi sayang, di final Persebaya kalah 0-1 oleh PSIS Semarang. Namun, semuanya berjalan tertib, tidak ada kerusuhan apapun. Usai final, beberapa suporter Green Force menyalami Syamsul Arifin dan kawan-kawan. Ada yang bilang "ojo sedih cak, tahun ngarep Insyaallah Persebaya juara". Tembusnya Persebaya ke babak final pada 1986/1987 sudah merupakan gebrakan yang luar biasa. Sebab, pada musim kompetisi 1985/1986 Persebaya terpuruk di peringkat ke-9 dari seluruh (10) klub Divisi Utama. Raihan terburuk sepanjang sejarah Persebaya saat itu. Itulah sebabnya Pak Dahlan Iskan,waktu itu masih Pemimpin Redaksi Jawa Pos, mengundang para tokoh sepak bola Surabaya untuk merumuskan solusi kebangkitan kembali Persebaya. Bang Moh-sapaan akrab Mohammad Barmen, Pak Triyanto Saputro dan tokoh-tokoh laennya sarasehan di ruang redaksi Jawa Pos, di lantai dua kantor Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun. Setelah itu Pak Dahlan pergi ke Inggris untuk mengamati Premier League Inggris, termasuk prilaku para suporternya. Sepulang dari Inggris itulah tret-tet-tet dengan kaos kebesaran dan slayer suporter Green Force Persebaya muncul.
Logo Wong Mangap pertama kali diciptakan oleh Mister Muhtar, desainer grafis Jawa Pos. Logo pertama bercorak ekspresionis. Kemudian diubah pada musim kompetisi 1988/1989 dengan Wong Mangap bercorak naturalis seperti yang kita lihat sampai saat ini. Dan sejak itu pula julukan BONEK dilansir oleh redaktur olahraga Jawa Pos. Istilah Bonek dimaksudkan untuk mewariskan karakter pejuang nan pemberani dan pantang menyerah dari kakek moyang arek-arek Suroboyo pada tahun 1945. Peristiwa heroik dan bersejarah yang melahirkan hari Pahlawan 10 November! Semangat berani karena benar, pantang menyerah, tali duk tali layangan, awak situk ilang-ilangan itulah yang harus menitis dalam jiwa dan perilaku Bonek sepanjang zaman! Bahwa kemudian dalam perjalanannya terjadi berbagai kerusuhan yang disebabkan oleh ulah Bonek, sungguh hal ini sangat memprihatinkan bagi seluruh warga Surabaya. Karena itu, sekarang bukalah lembaran sejarah baru. Bonek yang pro fair play, yang cinta damai, dan pembela sejati Green Force Persebaya! Itu tadi secuil flas back perjalanan sejarah Bonek. Kedua, kami melihat adanya ketidak adilan dari perlakuan media massa terhadap Bonek. Prinsip-prinsip cover both side dan balancing sepertinya telah diingkari oleh media massa. Maka, kamipun akan menjawab: "Ya" ketika arek-arek Bonek melakukan kerusuhan, beritanya diposisikan sebagai head line dengan foto besar-besar. Padahal, sebenarnya kita belum tau persis siapa yang memicu kerusuhan. Dan sekarang Bonek telah berubah menjadi lebih baik. Bonek wani tertib, Bonek anti rasis, Bonek anti anarkis.
Salam Satoe Nyali!!   Wani.......
Semoga bermanfaat dan jika ada kesalahan mohon kritik dan sarannya. 

Popular posts from this blog

Ricky Kayame Idola Baru Arema

PSSI Ajukan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20 2021

PSM Makasar Menuai Banyak Pujian